Sesungguhnya Dia maha mengetahui segala isi hati. Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui, padahal Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui ? (QS 13:14)

Senin, 02 Mei 2011

Do'a Orang Orang Hawarii

Aisyah r.a bercerita,
"ayahku berkata kepadaku,maukah kau kuajari sebuah doa yang telah diajarkan rosulullah saw kepadaku? beliau mengatakan bahwa dahulu Isa as mengajarkan doa ini kepada orang orang hawarii. Walaupun engkau memiliki hutang sebesar gunung uhud,niscaya allah akan melunasinya untukmu."

Aku menjawab,
"Tentu"

Ucapkanlah :

"alloohumma faarijalhammi kaasyifalgommi mujiiba da'watil mudtoriina
rohmaana dunyaa wal aakhiroti waroohiimahumaa
anta tar hamanii rohmatan tugniinii bihaa 'aamman siwaa kaa"

[ya allah yang melapangkan kesusahan,yang menghilangkan kesedihan,yang menjawab doa yang mengalami kesulitan,penyayang dunia dan akhirat serta pengasih keduanya,engkau mengasihani aku,maka kasihanilah aku dengan kasih sayangmu yang membuatku tidak butuh kasih sayang dari siapapun selain engkau]

Abu Bakar bercerita,
"dulu aku masih memiliki sisa hutang,padahal aku sangat tidak suka kepada hutang.tidak lama setelah membaca doa itu,allah memberikan keuntungan kepadaku,sehingga dia melunasi hutang yang menjadi tanggunganku itu"

Aisyah juga berkata,
dulu aku mempunyai hutang kepada asma dan aku malu kepadanya.maka aku memohon kepada allah dengan membaca doa itu. ternyata tidak berapa lama setelah itu,allah memberikan rezeki kepadaku yang bukan berasal dari warisan dan bukan pula dari sedekah, dan akupun bisa membayar hutang hutangku. bahkan, setelah tiga 'Uqiyah diserahkan kepada Abdurahmman bin abu bakar,rezeki itu masih bersisa cukup banyak untuk kami"



catatan : 1 uqiyah = 40 dirham
             5 uqiyah = 200 dirham
         200 dirham = 672 gr emas/perak
bisa dihitung kan........

Rahasia Dikabulkanya Do'a

1. Malam Lailatul Qadar
"Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbitnya fajar." (Al-Qadr:3-4)
2. Pertengahan malam terakhir, ketika tinggal sepertiga malam yang terakhir
"Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa tersisa sepertiga malam akhir malam, lalu berfirman: Barangsiapa yang berdoa, maka akan Aku kabulkan, Barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku mengampuninya." (Bukhari)
3. Duburush shalawaatil maktuubah (Usai shalat-shalat wajib)
Syaikh bin Baaz berkata:"Kata Duburush shalah bisa berarti akhir shalat, tetapi sebelum salam, juga bisa berarti sesudah salam (langsung). Banyak sekali hadits-hadits yang menunjukkan kepada dua pengertian itu. Namun kebanyakan hadits-hadits itu menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah akhir shalat, tetapi sebelum salam, karena hal itu ada kaitannya dengan doa, (dan seterusnya)."
4. Waktu antara adzan dan Iqamah
"Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah." (Abu daud)
5. Pada setiap kali setelah dikumandangkan adzan
6. Suatu waktu pada setiap malam hari
7. Pada saat turun hujan
"Dua doa yang tidak pernah ditolak: doa pada waktu adzan dan doa pada waktu hujan." (Hakim)
8. Pada saat jihad fi sabililah
"Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak: doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk." (Abu Daud)
9. Suatu saat pada hari Jumat
"Sesungguhnya pada hari jumat ada satu sat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan kepadanya, beliau bersyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut." (Bukhari)

Pendapat yang paling kuat berkenaan dengan masalah ini adalah bahwa suatu saat yang dimaksudkan adalah ba'da ashar di hari Jumat. Tetapi dimungkinkan juga bahwa yang dimaksudkan adalah waktu antara khutbah dan shalat.
10. Ketika bersujud dalam shalat
"Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab pada saat itu sangat tepat untuk dikabulkan." (Muslim)
11. Jika tidur dalam keadaan suci, lalu bangun pada alam hari, kemudian membaca doa yang ma'tsur (doa yang datang dari Rasulullah)
"Tidaklah seseorang hamba tidur dalam keadan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya." (Ibnu Majah)
12. Pada saat memanjatkan doa
"Laa ilaaha illa anta subhanaka inni kuntu minazh-zhalimiin." (Al-Anbiya:87)
13. Doa orang-orang setelah meninggalnya seseorang (ketika memejamkan mata si mayat yang baru saja meninggal dunia)
"Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda: "Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya’. Beliau bersabda : ‘Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan." (Muslim)

14. Ketika berdoa pada saat ditimpa musibah
Yaitu dengan membaca:
"Inna lillahi wa inna ilaihi Raaji'un.Allahumma' jurnii fii mushibatii, wa akhliflii khairam minhaa"
(Sesungguhnya kita adalah kepunyaan Allah dan kepada-Nya kita akan kembali. Ya Allah berilah ganjaran dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya)
15. Doa seorang muslim untuk saudaranya yang muslim tanpa sepengetahuannya
"Tidaklah seorang muslim beroa untuk saudaranya yang tidak dihadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata:"Amin, dan bagimu seperti yang kamu doakan." (Muslim)
16. Doa orang yang sedang berpuasa sampai berbuka
"Tiga doa yang tidak ditolak: doa orang tua terhadap anaknya, doa orang yang sedang puasa, dan doa seorang musafir." (Baihaqi)
17. Doa setelah berwudhu apabila berdoa dengan doa-doa Ma'tsur
18. Doa pada bulan Ramadhan
19. Di tempat berkumpulnya kaum muslimin di majelis-majelis ilmu
20. Doa keburukan dari orang yang dizhalimi atas orang yang menzhalimi
"Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniaya sebab tiada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)." (Muslim)
21. Doa kebaikan atau keburukan dari orang tua atas anaknya dan doa seorang musafir
"Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan: doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya." (Abu Dawud)
22. Doa orang-orang yang benar-benar dalam keadaan terjepit
"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat-(Nya)." (An-Naml:62)
23. Doa pemimpin yang adil
24. Doa anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya
25. Ketika minum air zam-zam dengan niat yang tulus
26. Doa pada hari arafah di arafah
"Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah." (tirmidzi)
27. Doa di Shafa
28. Doa di Marwa
29. Doa ketika di Muzdalifah
30. Doa setelah melempar Jumrah Ash-Sughra
31. Doa setelah melempar Jumrah Al-Wustha
32. Doa di dalam Ka'bah dan orang yang mengerjakan shalat di dalam Hijr Ismail karena ia bagian dari Baitullah
33. Doa di Multazam di pintu Ka'bah
34. Doa orang yang sedang menunaikan Ibadah Haji
35. Doa orang yang sedang menunaikan Ibadah Umrah
36. Doa yang dipanjatkan setelah memanjatkan pujian dan sanjungan kepada Allah serta shalawat atas Nabi pada saat tasyahud akhir
37. Ketika berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang agung yang mana jika kepada-Nya dipanjatkan doa dengan menyebut nama itu, niscaya Dia akan mengabulkannya dan jika Dia diminta dengan menyebut nama itu pula, niscaya Dia akan memberinya
38. Doa orang yang banyak berdoa pada saat lapang dan bahagia
"Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang." (Tirmidzi)

Doa Untuk Memperoleh kemudahan Sakratul maut

Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang membaca doa berikut (10 kali) setiap hari, Allah swt akan mengampuni baginya empat puluh ribu dosa besar, menjaganya dari keburukan kematian, siksa kubur, hari kiamat dan hari hisab, dan segala hal yang menakutkan; yakni Allah memudahkan seratus hal yang menakutkan saat kematian, Allah menjaganya dari kejahatan iblis dan pasukannya, menunaikan hutangnya, menghilangkan dukanya, dan membahagiakan deritanya.” 

Doanya sebagai berikut:

Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya

Aku persiapkan kalimat Lâiha illallâh untuk segala yang menakutkan 
masyâ Allâh untuk segala duka dan derita 
Alhamdulillâh untuk segala nikmat 
Asy-Syukru lillâh untuk segala kebahagiaan 
Subhanallâh segala yang menakjubkan 
Astaghfirullâh untuk segala dosa 
Innâlillâhi wa innâ ilayhi râji’ûn untuk segala musibah 
Hasbiyallâh untuk segala kesulitan 
Tawakkaltu ‘alallâh untuk setiap ketetapan dan takdir 
A’shamtu billâh untuk semua musuh 

Lâ hawala walâ quwwata illâ billâhil aliyyil ‘azhîm untuk segala ketaatan dan kemaksiatan. (Biharul Anwar 87: 5)

Rahasia Membaca Ayat Kursi Sebelum Tidur

Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W,"

gertak Abu Hurairah.
Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek :

"Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan."

Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru.

Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah S.A.W. Maka bertanyalah beliau :
"Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?"

Ia mengeluh,

"Ya Rasulullah, bahawa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan," jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahawa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya.

"Bohong dia,"

kata Nabi :

"Pada hala nanti malam ia akan datang lagi."

Kerana Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan.Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kelmarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W,"

ancam Abu Hurairah, sama seperti kelmarin. Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun :

"Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi."

Kasihan juga rupanya Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W, dan beliau pun bertanya seperti kelmarin. Dan setelah mendapat jawapan yang sama, sekali lagi Rasulullah menegaskan :

"Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."

Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-geri disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri.

Jika pencuri itu benar-benar datang seperti diperkatakan oleh Rasulullah dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal.

Kenapa pencuri kelmarin itu dilepaskan begitu sahaja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah S.A.W ? Kenapa mahu saja ia ditipu olehnya ?

"Awas!"
katanya dalam hati.

"Kali ini tidak akan kuberikan ampun."

Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri longgokan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati.

Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-gerinya.

"Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga. Lepaskan saya,"

pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahawa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa ahirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna."

"Kalimat-kalimat apakah itu?"

Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu.

"Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi."

Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.
Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi.

"Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya.

"Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah.

"Kalimat apakah itu?" tanya Nabi.

Katanya :

"Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Dan ia katakan pula :

"Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari."

Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi S.A.W berkata,

"Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta." Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula :

"Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang ertemu denganmu tiap malam itu?"

"Entahlah." Jawab Abu Hurairah.
"Itulah syaitan."

Rahasia Surat Al-Fatihah

Keutamaan Surat Al-Fatihah

1.    Rasulullah SAW bersabda: 
 “Ketika Allah Azza wa Jalla hendak menurunkan surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Ali-Imran 18, 26-27, surat dan ayat itu bergelantung di Arasy dan tidak ada hijab dengan Allah. Surat dan ayat itu berkata: Ya Rabbi, Kau akan turunkan kami ke alam dosa dan pada orang yang bermaksiat kepada-Mu, sementara kami bergelantung dengan kesucian-Mu. Allah SWT. berfirman:

“Tidak ada seorang pun hamba yang membaca kalian setiap sesudah shalat kecuali Aku karuniakan padanya lingkaran kesucian di tempat ia berada, dan Aku memandangnya dengan mata-Ku yang tersembunyi setiap hari tujuh puluh kali pandangan. Jika tidak, Aku tunaikan baginya setiap hari tujuh puluh hajat yang disertai pengampunan. Jika tidak, Aku melindungi dan menolong-nya dari semua musuhnya. Dan tidak ada yang mengha-langinya untuk masuk ke surga kecuali kematian.” (Tafsir Majmaul Bayan 1/426)


2.    Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT. berfirman: 
“Aku membagi surat Al-Fatihah antara Aku dan hamba-Ku, separuh untuk-Ku dan separuh lagi untuk hamba-Ku. Bagi hamba-Ku ketika ia bermohon dan membaca:  Bismillahir Rahmanir Rahim, Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Hamba-Ku telah memulai dengan nama-Ku, maka berhaklah Aku untuk menyempurnakan urusannya dan memberikan keberkahan dari sisi-Ku untuk seluruh keadaannya.”
Ketika hamba-Ku membaca: Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Allah Jalla jalaluh menyatakan: “Hamba-Ku telah memuji-Ku, mengakui bahwa semua nikmat yang dimilikinya berasal dari sisi-Ku, dan semua bala’ Aku yang menyingkirkan sehingga ia merasakan itu sebagai karunia. Maka, hendaknya kalian saksikan, Aku akan menjamunya dengan kenikmatan akhirat lebih dari kenikmatan dunia yang telah Kuberikan, dan menyingkirkan bala’ akhirat sebagaimana Aku telah menyingkirkan bala’ dunia.”
Ketika hamba-Ku membaca: Ar-Ramânir Rahîm, Allah Jalla jalaluh menyatakan: “Hamba-Ku telah bersaksi bahwa Aku Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kalian saksikan, Aku akan melimpahkan rahmat-Ku padanya dan mencurahkan karunia-Ku padanya.”
Ketika hamba-Ku membaca: Maliki yawmiddîn, Allah SWT. menyatakan: Kalian saksikan, sebagaimana ia telah mengakui Aku sebagai Raja pada hari kiamat, Aku akan memberikan kemudahan baginya yaitu amalnya tidak dihisab, dan Aku akan mengampuni semua kesalahannya.”
Ketika hamba-Ku membaca: Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’in, Allah Azza wa Jalla menyatakan: “Dia hanya memohon pertolongan kepada-Ku dan hanya bersandar kepada-Ku. Kalian saksikan, Aku akan menolongnya dalam segala urusannya, Aku akan melindungi-Nya dalam segala deritanya, dan Aku akan memegang tangannya saat ia membutuhkan pertolongan.”
Ketika hamba-Ku membaca: Ihdinash shirâthal mustaqîm ... (sampai akhir surat), Allah Jalla jalaluh menyatakan: Hamba-Ku telah bermohon pada-Ku, Aku pasti mengijabah permohonan hamba-Ku, memberikan apa yang diinginkan, dan menyelamatkannya dari apa yang ditakutkan.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 1/5)

BOHONG

Kebohongan itu ialah sesuatu yang menyelisihi kenyataan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itulah orang-orang pendusta.” (An Nahl: 105)

Berdusta adalah sifat orang-orang munafik sebagaimana dalam Shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Tanda orang munafik ada tiga: jika bicara dusta, jika berjanji tidak menepatinya dan jika diberi amanah berkhianat.”
Kebohongan akan mengantarkan pelakunya kepada kemaksiatan sebagaimana di dalam shahihain dari hadits Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu akan mengantarkan ke sorga, selanjutnya orang yang senantiasa berbuat jujur dan selalu menjaga kejujuran sehingga Allah kana mencatatnya di sisi-Nya sebagai shiddiq.
Dan sesungguhnya kebohongan itu akan mengantarkan kepada kemaksiatan, dan sesungguhnya kemaksiatan itu akan mengantarkan kepada neraka. Seorang hamba senantiasa berdusta dan selalu berusaha berdusta hingga dicatat disisi Allah sebagai seorang pendusta.”
Maka orang yang akhlaknya suka berbohong dan sengaja berbohong sampai bohong itu menjadi tabiatnya ditulislah oleh Allah sebagai pembohong dan dalam kumpulan para pembohong/pendusta. Dan sesungguhnya seseorang tidak akan rela jika dikatakan sebagai pembohong di tengah-tengah manusia. Apakah ia tidak selayaknya dia enggan untuk dicatat di sisi Allah sebagai pembohong sedang Rabbnya adalah Dzat yang telah menciptakannya dan memberi rezeki padanya, kita memohon keselamatan kepada Allah.
Orang yang suka berbohong, tidak akan dipercaya oleh manusia, pembicaraan dan perkataannya akan dicampakkan dan akan dibenci manusia (karena kedustaannya itu).
Dan benarlah seorang penyair ketika mengatakan:
“Betapa jelek kebohongan yang tercela pelakunya
Dan betapa indah kejujuran itu di sisi Allah dan manusia.”

Bohong termasuk dosa besar
Dalam shahih Al Bukhari (12/438) dari haits samurah bin Jundup ia berkata: “Dahulu yang paling banyak Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tanyakan kepada para sahabatnya adalah: “Apakah salah seorang dari kalian bermimpi sesuatu?” Dia (rawi) berkata: “Dan berceritalah kepadanya apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dia ceritakan. Lalu pada suatu hari, beliau shallallahu’alaihi wa sallam bersabda kepada kami: “Sesungguhnya telah datang kepadaku tadi malam dua orang, keduanya diutus kepadaku, lalu berkata: “Berangkatlah, lalu aku berangkat bersama mereka…” (Al Hadits). Dan didalam (hadits tersebut disebutkan): “Adapun lelaki yang engkau datangi, yang dirobek dan mulutnya sampai kebelakangnya, juga matanya sampai kebagian belakangnya (tengkuk), orang tersebut adalah yang keluar pagi hari dari rumahnya kemudian menebarkan satu kebohongan hingga memenuhi cakrawala.”
Adapun sebesar-besar kebohongan adalah berdusta atas nama Allah. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka jahannam tersedia tempat bagi orang-orang yang kafir?” (Az Zumar: 32)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka Jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?” (Al Ankabut: 68)

Bentuk-bentuk kebohongan

a. Menjanjikan kepada anak akan memberi sesuatu padahal ia bohong.
Contohnya seperti perkataan seorang ibu kepada anaknya: “Kemarilah aku akan memberimu ini”, dan ketika ia datang si ibu tidak memberinya sesuatupun.
Semakna dengan ini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (2/452) dari jalan Ibnu Syihab dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berkata kepada anak kecil, kemarilah ini untukmu kemudian ia tidak memberikannya maka dia adalah pendusta.”
Akan tetapi hadits ini dengan sanad seperti ini terputus, karena Az Zuhri tidak pernah mendengar dari Abu hurairah sebagaimana dalam Jami’ At Tahsil. Dan lihatlah pula dalam Ahadits Mu’allah (hal. 233).
Berbohong terhadap anak akan membuka luas pintu kejelekan, sehingga anak akan meniru perbuatan itu kemudian ia berbohong dalam ucapannya dan berjanji lalu tidak memenuhi janji (karena sudah dibiasakan oleh orang tuanya, pent).
Dan setelah kita ketahi bahw aberbohong itu tercela, ternyata dalam hal ini orang-orang jahiliyah juga memandang perbuatan itu sangatlah rendah sekali.
Sehingga ketika Abu Sufyan ditanya oleh Hiraqla (Heraclius), raja Romawi tentang sifat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, Abu Sufyan menjawabnya dengan penuh kejujuran, dan Abu Sufyan mengatakan: “Demi Allah kalau seandainya bukan karena khawatir dinukil (disebut-sebut) dariku satu kebohongan (dituduh sebagai pendusta –ed), sungguh aku akan berkata dusta ketika itu”, yaitu berdusta atas Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dan ketika itu Abu Sufyan radhiyallahu’anhu belum masuk Islam.

b. Termasuk kebohongan adalah senda gurau yang mengandung dusta.
Al Imam At Tirmidzi rahimahullah berkata (4/557 no. 2351):
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Basyar, ia berkata: “Telah bercerita kepada kami Yahya bin Sa’id, ia berkata: “Telah bercerita kepada kami Bahz bin Hakim ia berkata: “Telah berkata kepadaku ayahku dari kakekku, dia berkata: “Aku mendengar Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Celakalah bagi orang yang berkata dengan perkataan dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.”
At Tirmidzi berkata: “Hadits ini Hasan.” Aku berkata (penulis): “Hadits ini derajatnya sebagaimana yang telah dikatakan beliau rahimahullah.” Dikeluarkan juga oleh Abu Dawud (2/716), Ahmad (5/3, 5, 7) dan Al Hakim (1/46).

c. Perkataan seseorang: “Aku bermimpi dalam tidurku” padahal ia tidak bermimpi apapun.
Al Imam Al Bukhari rahimahullah berkata: (12/427): “Telah bercerita kepada kami Ali bin Abdullah ia berkata: “Telah bercerita kepada kami Sufyan dari Ayyub dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallahu’alaihi wa sallam beliau bersabda:
“Barangsiapa yang mengaku bermimpi dengan suatu mimpi, padahal tidak, akan dibebankan kepadanya untuk mengikat antara dua biji gandum dan dia tidak akan mampu melakukannya…”

d. Perkataan seseorang: “Aku melihatnya” padahal ia tidak melihatnya.
Al Imam Al Bukhari rahimahullah berkata: (12/427): “Telah bercerita kepada kami Ali bin Muslim ia berkata: “Telah bercerita kepada kami Abdus Shamad ia berkata: “Telah bercerita kepada kami Abdurrahman bin Abdullah bin Dinar maula Ibnu Umar ia berkata dari bapaknya dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Seburuk-buruk kedustaan ialah orang yang mengaku matanya telah melihat sesuatu padahal ia tidak melihat apa-apa.”
Maka wajib bagi kita berlaku jujur kepada Allah, kemudian berusaha menjaga kejujuran sedikit demi sedikit hingga kejujuran itu menjadi akhlak kita, sebagaimana ini terdapat pada hadits Ibnu Mas’ud yang lalu.
Ash Shadiq (orang yang jujur) akan membuat manusia mempercayai perkataannya, juga hubungan muamalahnya dan akan mengangkat derajatnya di mata manusia dan di sisi Allah sang pencipta. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (At Taubah: 119)


[Dikutip dari buku terjemahan “Wahai Muslimah dengarlah nasehatku.” Terbitan Pustaka Sumayyah. Halaman: 44-49]